PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI JAMUR ORGANIK WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG
Sutarman ., Heru Irianto, A Djoko S
Abstract
Secara geoekologi Kecamatan Wonosalam merupakan bagian dari kawasan pegunungan Anjasmoro-Welirang-Arjuno-Lalijiwo yang memberi dukungan bagi penyediaan sumberdaya produksi pertanian. Sebagian kawasan ini merupakan perkebunan sengon milik rakyat dan instansi. Kawasan ini didominasi oleh masyarakat tani yang sebagian besar merupakan petani gurem dan buruh tani. Permasalah yang dialami oleh masyarakat setempat adalah: (1) Melimpahnya limbah pertanian termasuk serbuk gergaji kayu dari kebun sengon yang terbuang dan menjadi sampah; (2) Rendahnya skill petani yang ditunjukkan oleh ketidakmampuannya memanfaatkan limbah panen sengon berupa serbuk gergajian bagi peningkatan produktivitas usaha taninya; (3) Masyarakat belum mengoptimalkan pemanfaatan hasil panen dan pemanfaatan limbah pertanian bagi pendukungan status Wonosalam sebagai daerah wisata di Jawa Timur. Solusi untuk mengatasi permasalahan itu adalah: (1) Memanfaatkan limbah pertanian dan serbuk kayu gergajian sengon sehingga dapat meningkatkan nilah tambah bagi masyarakat; (2) Meningkatkan skill petani agar dapat memanfaatkan limbah pertanian secara optimal, (3) Menjadikan upaya perbaikan berbasis pemanfaatan sumberdaya produksi pertanian untuk mendukung agroekowisata yang menjadi salah satu ciri Wonosalam. Metode dalam melaksanakan solusi adalah program diseminasi dan implementasi teknologi budidaya dan pengelolaan panen jamur tiram organik berbasis pada pemanfaatan limbah pertanian kebun sengon dalam bentuk pelatihan dan pendampingan. Pelatihan yang dilakukan dalam empat tahap termasuk pemagangan usaha pengelolaan pascapanen Warung Serba Jamur. Hasil pelaksanaan program berupa pencapaian target penguasaan: teknologi dan skill budidaya jamur organik, skill dalam pengolahan anek produk jamur tiram, skill dalam menajemen pemasaran dan keuangan, skill dalam mengelola warung aneka menu makanan berbahan jamur. Luaran yang dihasilkan: produk aneka olahan jamur, usaha kuliner jamur, peningkatan pendapatan rata-rata petani hingga 200%, penyerapan tenaga kerja lokal 30%, dan kunjungan wisata meningkat hingga 30%. Untuk menjamin kelangsungan program, maka melalui mekanisme partisipasif telah terbentuk kelembagaan petani usaha budidaya dan pengelolaan jamur tiram organik yang memiliki jejaring dengan berbagai lembaga narasumber, agensi agroekowisata regional dan nasional, dan kelompok-kelompok masyarakat pengguna
Republika. 2018. Peluang Pasar Jamur Tiram Masih Terbuka Lebar. https://republika.co.id/berita/pkhke1453/peluang-pasar-jamur-tiram-masih-terbuka- lebar. Diakses 20 Aguatus 2019.
Grifin DH. 1994. Fungal physiology, 2nd edition. Willey-Liss, Inc. New York.
Sutarman. 2012, Keragaan dan produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostretus) pada media serbuk gergaji dan ampas tebut bersuplemen dedak dan tepung jagung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 12 (3): 163-168.
Yuliatun S & Kurniawan Y. 2012. Detoksifikasi hidrolisat ampas tebu sebagai perlakuan pendahuluan substrat fermentasi bioetanol. MPG, 44 (4): 249-258.
Rosul A. 2018. Bangun parawisata di Wonosalam, Jombang saingi Kota Batu dan Malang. https://jatimtimes.com/baca/199851/20190827/175200/wikipedia-bahasa-indonesia-sambat-keluhkan-sikap-dosen-guru-dan-akademisi. Diakses 27 Agustus 2019
Refbacks
There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Prosiding Conference on Research and Community Services